Breaking News
Home / Dakwah Sunnah / “SAYYIDUL ISTIGHFAR”

“SAYYIDUL ISTIGHFAR”

“SAYYIDUL ISTIGHFAR” DZIKIR PAGI DAN PETANG

PENJELASAN HADITS
TENTANG “SAYYIDUL ISTIGHFAR”

Sejak Nabi Adam ‘alaihissallam diciptakan Oleh Allah Azza wa Jalla, manusia pertama sebagai khalifah di muka bumi ini, yang sebelumnya berada di dalam surga Allah Azza wa Jalla, kemudian karena ketergelincirannya di goda oleh Iblis Laknatullah memakan buah terlarang di dalam surga, yang sudah diingatkan oleh Allah untuk jangan memakan buah tersebut. Pada akhirnya Nabi Adam dikeluarkan oleh Allah Azza wa Jalla dari surga-Nya, kemudian menjadi penghuni pertama kali bersama Siti Hawa di muka bumi ini. Sekelas Nabi saja mampu melakukan kesalahan, apalagi kita sebagai anak keturunan nabi Adam ‘alaihissalam, yang sangat jauh berbeda dari akhlak para Nabi dan Rasul.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Semua bani Adam sering melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat. [HR. Ibnu Majah, at-Tirmidzi dan lain-lain.
Hadits ini hasan, menurut syaikh al-Albani rahimahullah]2

Sebuah pesan yang sangat menyentuh hati kita, yang diberitakan lewat hadits Nabi tersebut diatas bahwa semua keturunan Nabi Adam banyak melakukan dosa dan kesalahan dimuka bumi ini, maka sebaik-baik manusia adalah mereka yang mau intropeksi diri, koreksi diri dengan bertaubatan nashuhah, bukan sebaliknya semakin jauh dari jalan Allah Azza wa Jalla, mengikuti langkah-langkah syaithon yang menjerumuskan manusia pada perbuatan dosa hingga tersesat jalannya, merasa diri seolah-olah aman dari murka-Nya.

Dalam hadits Nabi yang membahas tentang “Sayyidul Istighfar” terkandung di dalamnya tentang Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah. Pengakuan manusia bahwa Allah Azza wa Jalla Rabb nya manusia, Maha pencipta, Maha pemberi rezeki, dan penerapan manusia dalam bentuk amal ibadah yaitu menyembah hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dimuka bumi ini, meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya, Bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat dan meminta ampun dari semua dosa hanya ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla semata.

Kemudian lafadz Istighfar ini dinamakan oleh Nabi Muhammad sebagai “Sayyidul Istighfar” di mana dalam hadits ini terkandung makna taubat dan merendahkan diri di hadapan Allah Azza wa Jalla sang pencipta-Nya. Hadits ini berbeda dengan hadits-hadits tentang taubat lainnya. Sayyidul Istighfar dalam bahasa Indonesia bermakna Rajanya Istighfar atau Induknya Istighfar.

Imam ath-Thîbiy rahimahullah berkata, “Karena do’a ini mengandung makna-makna taubat secara menyeluruh maka dipakailah istilah sayyid, yang pada asalnya, sayyid itu artinya induk atau pimpinan yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan kembali kepadanya.” Ibnu Abi Jamrâh rahimahullah berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan dalam  hadits ini makna-makna yang indah dan lafazh-lafazh yang bagus sehingga pantas untuk dinamakan sayyidul Istighfâr.3

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia yang memiliki suri tauladan yang baik, sebaik-baik manusia di zamannya, selalu mengingatkan umatnya untuk istighfar, karena beliau sendiri melakukan istighfar dalam sehari semalam sebanyak 100 kali, berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
…وَإِنِّيْ لأَسْتغْفِرُ اللهَ فِيْ الْيوْمِ مِئَةَ مرَّةٍ
“Dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan Allah dalam sehari semalam sebanyak 100 kali.

Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada kita manusia (laki-laki dan perempuan) untuk banyak beristighfar, bertaubatan nashuhah, meminta ampun hanya kepada-Nya. Begitu pula Allah memerintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beristighfar hanya kepada-Nya.
Dalam Al-Qur’an Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ 
“…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan…” [Muhammad/47:19]

Bertaubat dari dosa-dosa itu sangat penting, karena tolak ukur manusia itu sadar diri dari dosa-dosa yang begitu banyak, adalah dengan bukti mendekat kepada-Nya dengan beramal ibadah, bukan menjauh dari kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, betapa egoisnya manusia jika mereka masih tetap bertahan pada posisi yang salah dan tidak pernah mau insaf, merasa benar padahal banyak salah dan dosa, merasa gengsi untuk mengakui kesalahan di hadapan-Nya, malas beribadah, yang ada hanya memikirkan kesenangan yang bersifat duniawi, hubbuddunya, cinta popularitas, menghalalkan segala cara, pengekor hawa nafsu, dan lain sebagainya.

Dan betapa beruntungnya manusia jika mereka benar-benar mampu bermuhasabah diri, beristighfar seperti yang dicontohkan oleh Nabi sehari semalam sebanyak 100 kali. Menjauhi lingkungan yang banyak melalaikan manusia dari ketaatan kepada-Nya, lebih memilih hidup apa adanya daripada memilih hidup serba ada namun dari sumber yang diharamkan oleh agama. Bergaul dengan sesama manusia sebatas untuk hablu minannaas, tidak berlebihan dan lebih memprioritaskan hablu minallah. Dan inilah sebuah jalan keselamatan bagi manusia baik didunia dan akherat kelak.

Ingatlah selalu bahwa kita semua akan kembali kepada-Nya, maka persiapkan diri dengan amal ibadah, saling peduli dengan sesama, tidak berlebih-lebihan dalam berbicara, namun tepat pada sasaran dan porsinya, banyak berbuat kebaikan daripada hanya menjadi penonton kebaikan, menjaga adab dan akhlak, menjaga lisan dari perkataan tercela dan kotor, dan selalu berusaha saling menghargai satu sama lain, baik yang sudah banyak ilmunya, sedang, maupun masih sedikit ilmunya, karena hidup itu adalah tentang bagaimana manusia bisa saling mengingatkan dan saling nasehat menasihati dijalan yang benar, lurus dan terang benderang dengan penuh kesabaran. Jangan merasa paling tinggi di karenakan sebuah gelar, nasab, kedudukan, pangkat, elok rupawan maupun hartawan, namun tetaplah rendah hati (tawadhu) meskipun berat untuk menjalaninya karena kemuliaan dan kedudukan manusia di hadapan Allah Azza wa Jalla karena tingkat ketaqwaannya (Takut kepada-Nya) yang paling tinggi dan bukan lainnya. InsyaaAllah kita akan selalu berada dalam pertolongan dan perlindungan Allah Azza wa Jalla dari segala keburukan dan kejahatan.

Dan jangan lupa untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya, jangan sampai kita kufur nikmat, mau mengakui dosa-dosa, dan tidak takabur. Hadits Nabi berkata: “Semua bani Adam sering melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat.”, yang paling afdhol “TAUBATAN NASHUHAH” (Taubat dengan sebenar-benarnya).

Wallahu’alam Bishowwab
>>>
>>>
>>>
Ditulis oleh: Ummi_Laina Mokodongan
At Bekasi-City, 10 Jumadil Akhir 1446 Hijriyah / 12 Desember 2024 Masehi.


  1. Derajat Hadits: Shahih
    Para Perowi:

    ~Al-Bukhari (no.6306,6323), dalam al-Adabul Mufrad (no.620)
    ~Ahmad (IV/122,125)
    ~an-Nasa’i (VIII/279-280)
    ~Ibnu Hibban (no.928 – at-Ta’liqatul Hisan)
    ~at-Tirmidzi (no.3393) dan lainnya.

    Dari Saddad bin Aus Radhiyallahu’anhu. Lihat. Kitab Do’a dan Wirid, buah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal.164-165.
    ↩︎
  2. Referensi : https://almanhaj.or.id/7169-mari-bertaubat.html ↩︎
  3. Referensi : https://almanhaj.or.id/12552-keutamaan-sayyidul-istighfar-2.html#_ftn8 ↩︎

About Ummi Laina

Check Also

DO’A “KETEGUHAN HATI”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *