“PENERAPAN ILMU TAUHID YANG BENAR”
A. MAKNA TAUHID
Sebelum kita membahas tentang macam-macam Tauhid, terlebih dahulu kita harus memahami tentang makna dari kata “TAUHID”. Dalam sebuah kitab buah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah al-‘Aqiidah al-Waasithiyyah, dengan judul asli “At-Tanbiihaat al-Lathiifah ‘ala Maa Ihtawat ‘alaihil ‘Aqiidah al-Waasithiyyah minal Mabaahiits al-Muniifah” yang disyarah (dijelaskan) oleh Al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, di ta’liq (diberi catatan kaki) oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baaz, ditakhrij dan di tahqiq oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, dan diterjemahkan oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dengan judul dalam bahasa Indonesia “Syarah Aqidah Wasithiyah” (Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Menurut Pemahaman Salafus Shalih).
Dalam kitab tersebut dibahas tentang Aqidah Tauhid yang merupakan pokok yang menentukan bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat, karena tauhid sebagai pondasi bangunan agama, dasar bagi tiap amal-amal yang dilakukan oleh hamba-Nya. Tauhid sebagai inti dakwah para Nabi dan Rasul ketika itu, sebelum datangnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka mengawali dakwah dengan Tauhid, dan Tauhid merupakan ilmu yang paling mulia diantara banyaknya ilmu-ilmu di muka bumi ini.
Dengan penerapan tauhid yang benar, membuahkan ketenangan jiwa, dan kebahagiaan yang hakiki, menjadikan amal ibadah diterima oleh Rabb semesta alam Allah Azza wa Jalla. Aqidah yang benar adalah aqidah al-Firqotun Najiyah (Golongan yang selamat), aqidah ath-Thahawiyah, Ahlus Sunah wal Jama’ah.1Tauhid maknanya dapat dibagi dua yaitu secara bahasa (etimologi) dan ilmu syar’iy (terminologi).
Tauhid Secara Bahasa (etimologi) Berasal dari kata:
وَحَّدَ, يُِوَحِّدُ, تَوْحِيْدًا
( Menjadikan sesuatu itu satu)Tauhid Secara Ilmu Syar’iy (terminologi) maknanya:
Meng-Esakan Allah Azza wa Jalla terhadap sesuatu yang khusus bagi-Nya, baik dalam Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah, maupun Tauhid Asma’ dan Sifat-Nya.2
Dalam Diinul Islam setiap muslim wajib mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dalam Ibadah, dan meninggalkan atau menjauhi berbagai macam bentuk kesyirikan. Tauhid pertama kali didakwahkan oleh para Nabi dan Rasul sebelum datangnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam penutup para Nabi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
.وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul (untuk menyeru) agar beribadah hanya kepada Allah saja (yaitu mentauhidkan-Nya) dan menjauhi thaghut…” [An-Nahl/16: 36]
B. TAUHID ADA 3 MACAM
Setelah pembahasan tentang definisi makna TAUHID, selanjutnya yang akan dibahas macam-macam Tauhid yang harus diketahui khususnya oleh para penuntut ilmu syar’iy dan pada umumnya orang-orang awwam.
Tauhid terdiri dari 3 macam, yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda.1. TAUHID RUBUBIYAH3
Makna Tauhid Rububiyah adalah meng-Esakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala perbuatan-Nya, meyakini bahwa Allah Maha Pencipta semua makhluk, Maha Pemberi rezeki bagi manusia, binatang, dan makhluk lainnya, Maha Menghidupkan dan Mematikan, Maha Kuasa di langit dan bumi dan mengatur alam semesta, Maha Memuliakan dan Menghinakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Az-Zumar:62)Kemudian pada ayat berikutnya dalam Surah Hud ayat 6, Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”Dan pada ayat berikutnya dalam surah Al-A’raaf ayat 54, Allah Ta’ala berfirman:
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“… Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.”Allah Ta’ala menciptakan semua makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap Rububiyah-Nya.Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. Jenis Tauhid ini diakui semua orang, tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Kecuali Fir’aun yang mengingkari-Nya, namun di hatinya tetap meyakini-Nya.
Nabi Musa Alaihissalam menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya dalam Surah An-Naml ayat 14,
Allah Ta’ala berfirman:وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُفْسِدِينَ
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)Nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.Itulah pembahasan tentang Tauhid Rububiyyah, Insya’Allah setelah membaca dan memahaminya bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya wajib mempelajari dan memahami, siapa sang Khaliq (Allah Maha Pencipta), mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla Maha berkuasa di langit dan bumi, Raja dari segala Raja yang ada di muka bumi ini, mengatur alam semesta beserta isinya, Maha Pemberi Rezeki kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, Maha Menghidupkan dan Maha mematikan pada setiap makhluk yang bernyawa, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Keyakinan sebagai seorang muslim dan muslimah, selama dia ber aqidah Islam, wajib mentauhidkan Allah Azza wa Jalla, meyakini bahwa Allah itu Maha Esa (satu, tunggal), tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang setara dan sebanding dengan-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan (tidak memiliki ayah dan ibu) seperti keyakinan kaum Nashara. Di perjelas dalam Surah Al- Ikhlas ayat 1-4, Allah Ta’ala berfirman:4
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa <=== قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Allah adalah Tuhan yang bergantung <=== ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
kepada-Nya segala sesuatuDia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, <=== لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. <=== وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
2. TAUHID ULUHIYAH5
3. TAUHID ASMA’ DAN SIFAT6
NOTE===>> TAUHID ULUHIYAH DAN ASMA’ WA SIFAT, BERSAMBUNG PEMBAHASANNYA…
ARTIKEL DAN DESIGN BY: WWW.AZZAHROTUN.COM
Kitab Rujukan/Sumber/Referensi:
- Lihat Kitab “Syarah Aqidah Wasithiyah“, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal.11 dan 12, Penerbit: Media Tarbiyah. ↩︎
- Lihat Kitab “Prinsip Dasar Islam” Karya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal.44, Penerbit: Pustaka At-Taqwa. ↩︎
- Lihat Kitab “Tauhid”, karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, hal.19-23, Penerbit: Darul Haq. ↩︎
- Referensi : https://tafsirweb.com/37404-surat-al-ikhlas-lengkap.html ↩︎
- ↩︎
- ↩︎
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Referensi : https://tafsirweb.com/37404-surat-al-ikhlas-lengkap.html