“DI FAHAMKAN OLEH ALLAH TA’ALA DALAM MASALAH AGAMA”
مَنْ يُرِدِ اللّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah,
maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya”1
1. PENJELASAN HADITS
Imam an-Nawawi (wafat th. 676 H) Rahimahullaah mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat keutamaan ilmu, mendalami agama, dan dorongan kepadanya. Sebabnya adalah karena ilmu akan menuntunnya kepada ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.”2
Dalam hadits ini disebutkan bahwa: “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya”, dan sebaliknya adalah Barangsiapa yang tidak dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka tidak diberi oleh Allan Ta’ala pemahaman dalam agamanya.
Dalam hadits ini juga terdapat dua hal yang bertolak belakang yaitu diberikan kebaikan dan pemahaman dalam masalah agama sebaliknya tidak diberi kebaikan dan pemahaman dalam masalah agama.
Oleh karena itu sebagai dasar Allah menghendaki kebaikan bagi setiap muslim dan muslimah yang menjadi pilihan-Nya, dimudahkan oleh-Nya dalam menuntut Ilmu syar’i, mendalami ilmu syar’i, lalu mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajarinya. Pada tahap berikutnya mendakwahkan ilmu-ilmu syar’i yang telah dia dapatkan, dan yang terakhir bersabar didalam ujian dan perjalanan dakwahnya.
Keutamaan dalam menuntut ilmu syar’i bagi Tholibul Ilmi (Penuntut Ilmu) sangatlah penting dalam perjalanan mereka sebagai pencari ilmu, karena dengan mencari ilmu atau menuntut ilmu mereka akan faham bagaimana menerapkan ilmu-ilmu syar’i tersebut dalam beramal ibadah. Tidaklah mungkin seorang hamba itu beribadah dan beramal tanpa didasari oleh pengetahuan dan pemahaman akan ilmu-ilmu agama, karena syarat diterimanya sebuah amal ibadah hanya ada dua yaitu ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla dan sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (Ittiba) kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Marilah kita buat permisalan antara dua orang hamba Allah, yang satu rajin menuntut ilmu dan yang satunya tidak suka atau alerghi terhadap majelis llmu karena ada beberapa pertimbangan ketika berangkat ke majelis ilmu, maka akan muncul sebuah pertanyaan yang logis atau masuk akal, apakah keduanya mendapatkan kebaikan yang sama atau hanya salah satu yang mendapatkan kebaikan dan pemahaman. Sesuai dengan hadits Nabi tersebut diatas, Kebaikan didapatkan seorang hamba atas kehendak Allah Azza wa Jalla, dan diberikan oleh-Nya sebuah pemahaman akan ilmu-ilmu syar’i karena rajin dalam menuntut ilmu, baik belajarnya langsung ketempat majelis ilmu langsung berhadapan dengan guru yang sesuai kriteria yaitu ittiba’ Rasulullah (mengikuti Rasulullah) dan bermanhaj Salafus Sholih, maupun belajarnya secara Daring Online (Kuliah Online) yang saat ini cukup lumayan banyak dan mampu diterima oleh para pecinta ilmu di seantero dunia. Kemudian sebaliknya Tidak mendapatkan kebaikan atas kehendak-Nya dan tidak diberikan oleh-Nya sebuah pemahaman akan ilmu-ilmu syar’i, dan ini nyata sungguh merupakan kerugian terbesar bagi manusia-manusia yang lalai dan malas dalam mempelajari Dinul Islam (Agama Islam) atau pun Dinul Haq (Agama Yang Haq), dan biasanya mereka akan membenci para pecinta ilmu, karena mereka tidak suka dengan aturan syariat Islam (hukum-hukum Islam) yang mengikat dalam kehidupan sehari-hari.
Marilah kita coba merujuk pada ayat Al-Qur’an Surah Az-Zariyat:56, bahwasanya Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
( Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.)
Tujuan utama manusia dan jin diciptakan adalah untuk beribadah (mengabdi) kepada Allah Azza wa Jalla semata dan bukan kepada selain-Nya. Mujahid berkata: maknanya adalah melainkan Aku akan memerintahkan dan melarang mereka. Pendapat lain mengatakan yakni melainkan agar mereka tunduk dan patuh kepada-Ku. Sebab makna ‘ibadah’ secara bahasa adalah tunduk dan patuh (Dijelaskan dalam Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir). Kemudian dalam Tafsir As-Sa’di dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di bahwa makna dari surah Az-zariyat ayat 56 tersebut diatas adalah “Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia dan Allah mengutus semua rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah menyembah Allah yang mencakup berilmu tentang Allah, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya. Semua tujuan itu tergantung pada ilmu tentang Allah, sebab kesempurnaan ibadah itu tergantung pada ilmu dan ma’rifatullah. Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba terhadap Rabbnya, maka ibadahnya akan semakin sempurna. Dan inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia yang diberi beban taklif, dan Allah menciptakan mereka bukan karena mereka diperlukan oleh Allah.3
Orang yang diberikan oleh Allah Ta’ala pemahaman agama, karena dia mampu menuntut ilmu selama bertahun-tahun lamanya, dan biasanya orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya adalah orang-orang yang takut kepada Allah, selalu merasa diawasi oleh Allah Ta’ala gerak-geriknya, selalu mau berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sahabat Nabi yang bernama Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata:
“Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut kebodohan.”4
Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah (wafat th.241 H) berkata:
“Pokok Ilmu adalah rasa takut kepada Allah”5
Jika Ilmu seorang hamba bertambah maka semakin bertambah pula rasa takutnya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan ini hanya berlaku bagi seorang hamba Allah dan bukan hamba Dunia.
2. KESIMPULAN
Dari pembahasan Hadits tersebut diatas, dimana saya telah menulis dan merangkum dari berbagai referensi yang yang amanah dan merujuk juga pada kitab ulama yang dipercaya dan dikenal kredibilitasnya ditengah-tengah para penuntut ilmu dan masyarakat luas, maka saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Dasar (basic) nya seseorang itu mampu memahami ilmu-ilmu syar’i atas kehendak Allah Azza wa Jalla, karena Allah menghendaki kebaikan padanya. Dan sebaliknya jika Allah tidak berkehendak maka seseorang itu tidak mendapatkan kebaikan dan pemahaman agama padanya.
Olehkarena itu marilah mulai sekarang belajar dari dasar terlebih dahulu, tidak terburu-buru dalam menggapai ilmu-ilmu syar’i, Tadaruj (step by step) dalam mempelajarinya. Ingatlah belajar pada guru (syaikh/ustadz) yang mumpuni di bidangnya masing-masing, di mulai dari Al-Qur’an, membaca, menguasai ilmu tajwid dan menghafalkannya, step selanjutnya As-Sunnah atau Hadits Nabi, kemudian ilmu Tauhid dan Akidah, Ilmu Ushul Fiqh dan Ilmu Fiqih, Ilmu Alat seperti Bahasa Arab (Nahwu, Shorof, Balaghoh) lalu Shiroh Nabawiyyah, Tarikh Islam dan sebagainya. Terasa Berat namun jika benar-benar diniatkan ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla, maka Insya’Alloh bisa meraih dan menggapai ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan Akherat.
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah mengatakan: “Barangsiapa belum menekuni dasar-dasar ilmu niscaya tidak akan bisa menguasai ilmu yang diinginkan. Dan barangsiapa ingin mendapatkan ilmu sekaligus, maka ilmu itu akan hilang darinya secara sekaligus pula.”
Wallahu’alam bish Showab
>>>
>>>
>>>
Ditulis Oleh : Ummi_Laina Mokodongan
Di Perbatasan Jakarta_City dan Bekasi_City, 22-Dzulqa’dah-1445 H (30/05/2024)
ARTIKEL DAN DESIGN BY:
WWW.AZZAHROTUN.COM
- Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234, IV/92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116, 7312), dan Muslim (no. 1037), dari Shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma.
- Syarah Shahiih Muslim lil Imam an-Nawawi (VII/128). (Referensi : https://almanhaj.or.id/13080-keutamaan-ilmu-syari-dan-mempelajarinya-2.html#_ftn14)
- Referensi : https://tafsirweb.com/9952-surat-az-zariyat-ayat-56.html
- Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir (no. 8927) dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Jaami’ (II/812, no. 1514). (Referensi : https://almanhaj.or.id/13080-keutamaan-ilmu-syari-dan-mempelajarinya-2.html#_ftn8)
- Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘alal Khalaf (hal. 52). (Referensi : https://almanhaj.or.id/13080-keutamaan-ilmu-syari-dan-mempelajarinya-2.html#_ftn9)