“JIN DAN MANUSIA DICIPTAKAN OLEH-NYA, UNTUK BERIBADAH HANYA KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA”
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS.Adz-dzaariyaat:56)
TAFSIR SURAH ADZ-DZAARIYAAT:56 – MAKKIYAH – SURAH KE-51 (ANGIN YANG MENERBANGKAN)
1. TUJUAN DICIPTAKAN JIN DAN MANUSIA
Tujuan utama Allah Azza wa Jalla menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka beribadah/menyembah/mengabdi hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Allah itu Maha Pencipta atas segala sesuatu, dan Dia (Allah Azza wa Jalla) Maha Pemelihara atas segala sesuatu. (Lihat QS. Az-Zumar:62). Seluruh makhluk baik yang ada dilangit dan bumi, Allah Ta’ala sebagai penciptanya, sehingga jin dan manusia termasuk makhluk ciptaan-Nya dimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya melakukan suatu perbuatan dan Allah juga yang menciptakan perbuatan, sehingga manusia dan jin itu ada yang mukmin, ada yang kafir, ada yang taat beribadah dan ada yang tidak taat beribadah (ada yang taat dan ada yang bermaksiat), ada yang bersyukur dan ada yang kufur.
Dikutip dari Kitab Tafsir karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di yang berjudul ‘Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al- Mannan’ makna dari Surah adz-dzariyat:56 beliau berkata: “Inilah tujuan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan jin dan manusia, dan Allah Ta’ala mengutus semua rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah memyembah Allah Subhanahu wa Taala yang mencakup berilmu tentang Allah Ta’ala, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya. Semua tujuan itu tergantung pada ilmu tentang Allah Subhanahu wa Taala, sebab kesempurnaan ibadah itu tergantung pada ilmu dan ma’rifatullah. Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba terhadap Rabbnya, maka ibadahnya akan semakin sempurna. Dan inilah tujuan Allah Ta’ala menciptakan jin dan manusia yang diberi beban taklif, dan Allah Ta’ala menciptakan mereka bukan karena mereka diperlukan oleh Allah Subhanahu wa Taala.” (Lihat Tafsir as-Sa’di Jilid 7,hal.35)*
Kemudian Dikutip dari Tafsir Ringkas Kemenag RI makna dari Surah Adz-Dzariyat:56, yaitu “Allah memerintah nabi Muhammad beristiqamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah karena sesungguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka.”
2. HIKMAH DICIPTAKAN JIN DAN MANUSIA
Kemudian hikmah diciptakan jin dan manusia supaya mereka mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala. Allah itu Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, sebaliknya merekalah yang membutuhkannya.
Barangsiapa menolak beribadah kepada Allah Ta’ala, ia adalah sombong karena menolak kebenaran Syari’at Allah Azza wa Jalla.
Barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala tetapi beribadah juga kepada selain-Nya, maka ia adalah musyrik (Pelaku Kesyirikan).
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah Ta’ala tetapi tidak sesuai dengan Syari’at-Nya, maka ia disebut mubtadi (Pelaku Bid’ah).
Dan barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia disebut mukmin muwahhid (Orang Mukmin yang Meng-esa-kan Allah). (Lihat Aqidah Tauhid hal. 52-53) **
Telah berkata sebagian ulama Salaf tentang ibadah, bahwa: “Barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala hanya dengan rasa cinta saja maka ia disebut zindiq (orang munafik, sesat, dan mulhid). Barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala hanya dengan raja‘ maka ia disebut murji‘ (orang murji’ah atau kaum murji’ah yaitu golongan yang mengatakan amal bukan bagian iman, iman hanya dalam hati). Barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala hanya dengan khauf maka ia disebut hururiy (Kaum Khowarij yang pertama kali muncul di Harura’ dekat Kufah, golongan ini berkeyakinan orang mukmin yang memiliki dosa besar adalah kafir). Dan barangsiapa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan rasa hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harap), maka ia disebut Mukmin Muwahhid. ***
3. SYARAT DITERIMA IBADAH
Ibadah yang dipersembahkan oleh manusia kepada Allah Azza wa Jalla semata, sesuai dengan apa yang disyari’atkan-Nya yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, jika bertolak belakang dengan Syari’at-Nya maka disebut Bid’ah mardudah (Bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
ٌّمَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَرَد
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR.Muslim dan Ahmad dari Aisyah Radhiyallahu’anhu)
Ibadah agar diterima oleh Allah Ta’ala harus benar dan memiliki 2 syarat:
- Ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla, dan terbebas dari syirik besar dan syirik kecil.
- Ittiba’ ( Sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam).
Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah mengatakan: “Yang paling ikhlas dan paling benar.” lalu orang-orang bertanya, “Wahai Abu ‘Ali! Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar itu?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar, maka tidak akan diterima. Dan apabila dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas, maka tidak akan diterima hingga ia lakukan dengan ikhlas dan benar. Yang dilakukan dengan ikhlas adalah hanya ditujukan untuk Allah Ta’ala, sedangkan yang benar adalah sesuai dengan sunnah.” (Lihat al-‘Ubudiyyah hal. 84-85).****
4. KEUTAMAAN IBADAH
Keutamaan ibadah diantaranya adalah mensucikan jiwa, membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati, dan mengangkat nya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusia.
Olehkarena itu ibadah harus benar, ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla dan Mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu Allaihi wa Sallam , supaya diterima oleh-Nya dan tidak tertolak. Jauh dari perkara yang baru dan yang diada-adakan oleh manusia. Itulah gunanya Allah Ta’ala menciptakan manusia supaya beribadah hanya kepada Allah Ta’ala semata, tidak berbuat syirik, dan sesuai dengan Syari’at-Nya.
Ibadah sungguh begitu berat untuk dijalani jika manusia tersebut lebih dominan berbuat kemaksiatan daripada ketaatan kepada-Nya, sehingga kebanyakan manusia lupa diri siapa yang telah menciptakannya, bahkan kebanyakan manusia menolak kebenaran karena lebih mementingkan urusan dunia/cinta dunia (Hubbud-dunya), dan hanya sedikit dan segelintir orang yang masih istiqomah di dalam ketaatan, inilah ujian dari-Nya karena manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk diuji siapa yang berjalan dijalan yang benar maka dia akan selamat di dunia dan akherat, sebaliknya siapa yang berjalan dijalan yang tersesat maka diakherat kelak tidak ada yang bisa menolongnya karena lupa kepada sang Pencipta Allah Azza wa Jalla dan tidak memiliki amal ibadah yang ikhlas semata karena Allah Ta’ala dan sesuai dengan Syari’at-Nya.
Wallahu’alam
Ditulis oleh: UmmiLaina
Bekasi-City, 21 Rabi’ul Awwal 1444 H/17 Oktober 2022 M
Rujukan/Maroji’
- Al-Qur’anul Kariim dan Terjemahan nya
- * Kitab Tafsir Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al- Mannan, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di, Pustaka Sahifa Jilid 7 hal. 35
- Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Asy-Syafi’i ** hal.186, *** hal.187, **** hal. 188-190
- https://tafsirweb.com/9952-surat-az-zariyat-ayat-56.html