Ilmu-ilmu Sar’i yang kita pelajari dari seorang guru yang lurus akidahnya bersumberkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah itu adalah sebuah jalan kebenaran yang bisa ditempuh bertahun-tahun lamanya, oleh karena itu setiap ilmu yang kita pelajari harus ada catatannya karena hal itu akan mempermudah kita untuk mengulang-ngulangnya juga menghafalkannya.
Apabila setiap ilmu yang diambil dan didengar dari guru dicatat tujuannya supaya ada bukti dari penuntut ilmu tersebut bahwa dia benar-benar serius untuk mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama sebagai bekal untuk kehidupan di akherat kelak, sehingga ketika dia lupa maka bisa membaca kembali tulisan dan rangkuman yang telah dia buat sesuai apa yang disampaikan oleh gurunya/syaikh. Dikarenakan daya tangkap manusia itu berbeda-beda dalam menerima dan memahami ilmu sar’i, maka dengan adanya catatan atau pun tulisan dapat mengingatkan kembali poin-poin yang penting dalam pembahasan setiap kitab dari gurunya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
قيدواالعلم بالكتاب
“Ikatlah Ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr, dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu)
Kemudian seorang Penuntut Ilmu ( Tholibul Ilmi) itu ketika mencari ilmu harus minimal berguru kepada guru yang ahli atau mumpuni dibidangnya, sehingga dia bisa meraih keberkahan ilmu yang dicarinya tersebut. Setiap ilmu yang dia dapatkan dicatat, dimuroja’ah, diamalkan, dan terakhir didakwahkan mulai dari lingkungan keluarga sendiri hingga orang lain.
Sebagai wasilah dalam mempelajari ilmu-ilmu sar’i (agama islam), selain datang bertemu langsung dengan gurunya ( Talaqqi) , duduk mendengar kajian ilmu, bisa juga melalui streaming, audio, radio ataupun video kajian/pembelajaran, semua cara bisa ditempuh asalkan niatnya benar-benar murni semata karena Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian maka ilmu mudah untuk diraih dan dipahami, dan tidak lupa untuk mencatatnya.
Ditulis oleh: Ummi Laina
Bekasi-City, 25 Shafar 1444 H/ 21 September 2022 M
