TAFSIR SURAH AL-IKHLAS (4 Ayat-MakkiyaH) Surah ke-112
- Surah Al-Ikhlas Ayat 1- 4 Beserta Artinya
- Kandungan Surah Al-Ikhlas
- Asbabun Nuzul
- Makna Ayat 1-4 Surah Al-Ikhlas
- Faedah
1. Surah Al-Ikhlas Ayat 1- 4 Beserta Artinya
الإخلاص مكيّة وهِي اربع آيات
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ ۚ﴿الإخلاص:١
اَللّٰهُ الصَّمَدُ ۚ﴿الإخلاص:٢
لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ ۙ ﴿الإخلاص:٣
:وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ﴿الإخلاص
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
2. Kandungan Surah Al-Ikhlas
Surah Al-Ikhlas ini adalah Surah yang ke-112 di dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 4 ayat dan tergolong Surah Makkiyah. Al-Ikhlas bermakna “Keikhlasan”. Surah ini dinamakan Al-Ikhlas karena ayat-ayatnya menunjukkan kepada; pengesahan Allah dalam Nama-Nama dan sifat-sifat-Nya. Penegasan bahwa Allah itu maha Esa, tidak ada Sekutu bagi-Nya, Allah itu tempat bergantung seluruh makhluk, Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakan (tidak mempunyai keturunan, tidak memiliki kedua orangtua dan tidak memiliki pasangan hidup), dan Allah itu tidak ada seorangpun atau sesuatu yang setara dan menyerupai-Nya. Keistimewaan dan keutamaan Surah Al-Ikhlas ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
3. Asbabun Nuzul
Sebelum Surah Al-Ikhlas turun ketika itu orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Sebutkan kepada kami nasab Rabb-Mu.” dan sebagian lainnya mengatakan: “Urutkan kepada kami (nasab) Rabb-Mu.” Dengan kejadian ini maka Allah menurunkan Surah Al-Ikhlas.
4. Makna Ayat 1 – 4 Surah Al-Ikhlas
Dikutip dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah, bahwa makna dari Surah al-Ikhlas ayat 1 – 4 sebagai berikut:
“Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan dengan tegas kepada orang-orang musyrik yang berkata, “Sebutkanlah kepada kami nasab Tuhanmu!” Maka Allah mengajarkan Rasulullah bantahan terhadap mereka: Sungguh Tuhanku adalah Allah, satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada satupun sekutu-Nya dalam peribadatan; Dia Maha Sempurna kekuasaan dan kemuliaan-Nya; Dia tidak beranak dan tidak mengangkat seorang anak, sekutu, atau sesuatu yang menyamai-Nya baik itu dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya.”
1.Allah Maha Esa
Pada ayat pertama ditegaskan bahwa Allah Maha Esa dalam segala hal. Allah Maha Esa dalam Rububiyyah maksud nya adalah Allah Maha Esa dalam penciptaan, kepemilikan, dan pengaturan alam semesta. Kemudian Allah Maha Esa dalam Uluhiyyah yaitu tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Apabila ada yang menyembah kepada selain Allah maka ia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Begitu juga makna dari Allah Maha Esa dalam Nama-Nama dan sifat-sifat-Nya. Dan tidak ada sesuatu pun yang sama dan setara dengan-Nya.
2.Allah Tempat Bergantung Segala Sesuatu
Makna as-Shomad yang diriwayatkan para salaf terdapat didalam Tafsir Al-Qurthubi (20/245) yang dijelaskan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu yaitu: ” Yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan yang segala sesuatu membutuhkannya.”
Kemudian didalam Tafsir At-Thabari (24/731) dijelaskan bahwa “Yang tidak ada rongganya dan tidak makan dan minum.”
Kemudian didalam Tafsir At-Thabari (24/736) makna as-Shomad yaitu “Yang sempurna dalam segala sifat mulia.”
3.Allah Tidak Beranak dan tidak diperanakkan
Pada ayat ini terdapat bantahan terhadap pendapat seluruh kelompok kesyirikan dan kesesatan yang mengklaim bahwa Allah itu memiliki anak.
4.Dan Tidak Ada Sesuatu Yang Setara Dengan Dia
Pada ayat terakhir ini terdapat bentuk penegasan terhadap keagungan dan kemuliaan sifat-sifat Allah Ta’ala. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Sebagai contoh Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat tetapi sifat-sifat tersebut tidak sama dengan pendengaran dan penglihatan makhluk-Nya. Penglihatan manusia sangat terbatas sedangkan penglihatan Allah tanpa ada batasnya, seperti manusia tidak bisa melihat alam ghaib, jin dan malaikat atau kuman, virus dan mikroba. Sedangkan Allah Maha Melihat tanpa batas.
5. Faedah
Dikutip dari kitab Tafsir Juz ‘Amma buah karya Syaikh Abdullah Al-Khayyath, beliau menyebutkan bahwa Surat Al-Ikhlas adalah “Surat yang mulia ini mencakup tauhid Asma’ dan Sifat. Ahlus Sunnah menetapkan bagi Allah apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya sendiri atau apa yang Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tetapkan bagi-Nya. Dan Ahlus Sunnah menafikan dari-Nya apa yang Allah nafikan untuk diri-Nya sendiri dan apa yang dinafikan oleh Rasul-Nya tanpa takyif, tamtsil, tahrif, dan ta’thil.
Perlu diketahui bahwa makna dari takyif, tamtsil, tahrif dan ta’thil akan dijelaskan secara bahasa dan istilah sebagai berikut:
1.Takyif
Menurut bahasa adalah bermakna bertanya dengan kata ‘kaifa‘ (bagaimana)???
Menurut istilah adalah takyif memiliki makna dalam dua bentuk:
- Mengkhayalkan sifat-sifat Allah Ta’ala dalam bentuk tertentu yang dibayangkan di alam fikiran manusia. Contohnya; seseorang mengkhayalkan bagaimana kaki Allah dengan berkhayal kaki Allah yang sangat besar dan begitu hebat.
- Menanyakan bagaimana hakikat sifat Allah Ta’ala walaupun tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya. Misalnya; sebuah pertanyaan dari ahli bid’ah kepada Imam Malik tentang bagaimana cara Allah istiwa’ diatas ‘Arsy.
2.Tamtsil
Menurut bahasa adalah bermakna menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Menurut istilah syari’at adalah bermakna meyakini bahwa sifat-sifat Allah Yang Maha Pencipta menyerupai sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya.
3.Tahrif
Menurut bahasa adalah bermakna menyimpangkan sesuatu dari hakekat, bentuk dan kebenarannya.
Menurut istilah syari’at adalah bermakna memalingkan sebuah ucapan dari makna zhahirnya yang semula difahami kepada makna lain yang ditujukan oleh rangkaian kalimatnya.
4.Ta’thil
Menurut bahasa adalah bermakna meninggalkan dan mengosongkan.
Menurut istilah syari’at adalah bermakna menolak makna yang benar di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sebagai catatan penting bahwa Takyif dan Tamtsil memiliki persamaan dan perbedaan makna.
- Persamaan takyif dan tamtsil adalah sama-sama menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya.
- Perbedaan takyif dan tamtsil bahwa takyif menyerupakan sifat-sifat Allah Ta’ala dengan sesuatu yang tidak ada wujudnya diluar alam fikiran (kenyataan), sedangkan tamtsil adalah menyerupakan sifat-sifat Allah Ta’ala dengan sesuatu yang ada wujudnya diluar alam fikiran.
Dalam surah Al-Ikhlas ini juga menjelaskan bantahan terhadap seluruh kelompok kesyirikan dan kesesatan yang mengklaim bahwa Allah itu mempunyai anak padahal pada ayat ke-3 sudah jelas bahwa Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan, otomatis Allah itu tidak memiliki pasangan (istri) dan kedua orangtua, Maha tinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka katakan. Sifat kesempurnaan hanyalah milik Allah dan sifat kekurangan maka Allah Subhanahu (suci) darinya.
Demikian Penafsiran dari Surah Al-Ikhlas ayat 1 sampai dengan 4, yang merujuk pada kitab tafsir para ulama, sehingga kita akan tahu makna dari setiap ayat berdasarkan keterangan para ulama terdahulu. Kita sebagai umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam wajib menuntut ilmu karena dengan belajar kita akan tahu makna ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi sebagai pen-syarah (penjelas) daripada Al-Qur’an, jangan hanya tilawah, menghafal tapi tidak faham maknanya, sehingga terkadang salah dalam menafsirkan ayat-ayat Allah maka salah juga dalam mengamalkannya.
Pada umumnya kebanyakan masyarakat dan orang-orang awwam hanya membaca arti daripada ayat-ayat Al-Qur’an secara tekstual saja mengikuti terjemahan mushaf Al-Qur’an versi Terjemahan Kemenag saja, namun tidak ada keinginan untuk mendalami apa-apa yang terkandung didalam ayat-ayat Allah, mencari Tafsir dari para ulama Kibaar yang diakui keilmuannya yang begitu luas dan dalam. Menerima Kebenaran apa yang disampaikan Al-Qur’an dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Wallahu’alam
Ditulis oleh: Ummi Laina Mokodongan
Bekasi-City, Indonesia🇮🇩
(3-Shafar-1444 H / 31-Agustus-2022 M)
Referensi:
Kitab Tafsir Juz ‘Amma, Karya: Syaikh Abdullah Al- Khayyath (Imam & Khatib Masjidil Haram)
Kitab Tafsir Juz ‘Amma, karya: Dr. Firanda Andirja, Lc., MA.,
https://www.tafsirweb.com/13122-surat-al-ikhlas-ayat-1.html
Alhamdulillahirabbil’alamiin
شكرا وجزاك ا الله خيرا و بارك الله فيك