Breaking News
Home / Dakwah Sunnah / “πŠπ„π”π“π€πŒπ€π€π πƒπ€π‹π€πŒ πŒπ„ππ”ππ“π”π“ πˆπ‹πŒπ” 𝐒𝐀𝐑’𝐈𝐘”

“πŠπ„π”π“π€πŒπ€π€π πƒπ€π‹π€πŒ πŒπ„ππ”ππ“π”π“ πˆπ‹πŒπ” 𝐒𝐀𝐑’𝐈𝐘”

“KEUTAMAAN DALAM MENUNTUT ILMU SAR’IY”
(PEMBAHASAN HADITS MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SYURGA)

Sepintas jika kita baca tema tentang β€œKeutamaan Menuntut Ilmu Syar’iy” dengan pembahasan sebuah hadits Nabi tentang “Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga”, maka kita akan termotivasi untuk ingin belajar dan belajar terus tanpa batas usia bahkan sampai kakek nenek pun masih ingin terus menimba ilmu agama, selama masih kuat fisik, jiwa dan raga untuk terus menggali ilmu-ilmu agama Islam, tidak akan pernah  goyah pendirian.

Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, menjadi penghuni bumi yang begitu luas ini jika hidup tanpa ilmu agama sebagai pedoman hidup maka kehidupannya laksana hewan ternak yang hanya memiliki hawa nafsu saja, sehingga manusia itu diciptakan oleh Allah Ta’ala memiliki akal untuk berfikir, untuk menerima sebuah kebenaran yang datang dari-Nya yaitu Kitab Suci Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

Keutamaan menuntut  ilmu Syar’iy itu sangat penting dan wajib bagi setiap muslim dan muslimah, karena ilmu itu merupakan kebutuhan hidup setiap orang agar dalam beramal ibadah sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan As Sunnah dan tidak melenceng dari Syari’at Allah Azza wa Jalla. Kedudukan ilmu Syar’iy begitu agung karena ilmu adalah warisan para Nabi, kita diperintahkan untuk mencari ilmu agar dari hasil pencarian ilmu tersebut menyebabkan kita bisa masuk kedalam syurga Allah Azza wa Jalla. Dengan berilmu maka setiap orang itu akan bijak dalam besikap dan tidak berbicara tanpa ilmu. Berilmu dulu baru kemudian beramal, bukan sebaliknya beramal tanpa ilmu. Setelah mampu mengamalkan ilmu maka selanjutnya mendakwahkan ilmu tersebut dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, tetangga dan masyarakat pada umumnya, konsekwensi ketika mendakwahkan sebuah ilmu yang begitu agung yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu β€˜alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya hingga dibawah oleh generasi tabi’in kemudian tabi’ut tabi’in sampai kepada para ulama muta’akhirin hingga kepada para penuntut ilmu (Tholibul β€˜Ilmi) adalah akan terus berhadapan dengan berbagai macam rintangan didalam perjalanannya, hal itu sebagai ujian yang diberikan oleh-Nya bagi setiap hamba yang menjadi pilhan-Nya supaya bisa menjadi orang-orang yang ikhlas dan sabar, bagi yang mampu menjalaninya maka akan lulus dari ujian-Nya.

Al Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullahu Ta’ala, Seorang ulama abad ke-7 Hijriyah, beliau juga terkenal sebagai ahli Fiqih dizamannya dan bermazhab Hambali menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu β€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

       Ω…ΩŽΩ†Ω’ Ψ³ΩŽΩ„ΩŽΩƒΩŽ Ψ·ΩŽΨ±ΩΩŠΩ‚Ω‹Ψ§ ΩŠΩŽΩ„Ω’ΨͺΩŽΩ…ΩΨ³Ω ΩΩΩŠΩ‡Ω ΨΉΩΩ„Ω’Ω…Ω‹Ψ§ΨŒ Ψ³ΩŽΩ‡ΩŽΩ‘Ω„ΩŽ اللهُ Ω„ΩŽΩ‡Ω بِهِ Ψ·ΩŽΨ±ΩΩŠΩ‚Ω‹Ψ§ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ω’Ψ¬ΩŽΩ†ΩŽΩ‘Ψ©Ω

β€œBarangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga.” (HR.Muslim)
Janji Allah bagi para Tholibul β€˜Ilmi adalah dimudahkan untuk masuk surga, dengan catatan benar-benar menuntut ilmu-ilmu syar’iy ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla dan bukan tujuan untuk mencari popularitas dan pujian manusia. Dengan mempelajari ilmu agama dengan berguru kepada guru yang benar pemahamannya yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pemahaman Shalafus Shalih otomatis tidak akan menyimpang dari jalan yang benar. Penerapan ilmu-ilmu Syar’iy yang telah dicari dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang beramal Shalih sudah tentu sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu β€˜Alaihi wa Sallam. Inilah jalan kebenaran yang akan menghantarkan seorang hamba ke Syurga Allah Azza wa Jalla.

Dalam pembahasan hadits tersebut diatas menjelaskan tentang β€œBerjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:

1. Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama
2. Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu Syar’i.

Kemudian “Allah memudahkan jalannya menuju surga” mempunyai dua makna:

1. Allah akan memudahkan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu Syar’i dan mengamalkan konsekuensinya.
2. Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati β€œshirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

Ω‡ΩΩˆΩŽ Ψ§Ω„ΩŽΩ‘Ψ°ΩΩŠ Ψ£ΩŽΨ±Ω’Ψ³ΩŽΩ„ΩŽ Ψ±ΩŽΨ³ΩΩˆΩ„ΩŽΩ‡Ω Ψ¨ΩΨ§Ω„Ω’Ω‡ΩΨ―ΩŽΩ‰Ω° ΩˆΩŽΨ―ΩΩŠΩ†Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΩ‚ΩΩ‘ Ω„ΩΩŠΩΨΈΩ’Ω‡ΩΨ±ΩŽΩ‡Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ψ―ΩΩ‘ΩŠΩ†Ω كُلِّهِ Ϋš ΩˆΩŽΩƒΩŽΩΩŽΩ‰Ω° Ψ¨ΩΨ§Ω„Ω„ΩŽΩ‘Ω‡Ω Ψ΄ΩŽΩ‡ΩΩŠΨ―Ω‹Ψ§


β€œDia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [Al-Fat-h/48:28]
Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan diinul haq (agama yang benar) adalah amal Shalih. Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu β€˜Alaihi wa Sallam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.

Oleh karena itu sebaik-baik seorang hamba adalah belajar, mencari ilmu agama sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan jiwa dan raganya agar dalam kehidupan sehari-harinya sudah memiliki dalil atau petunjuk sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga ketika seorang hamba beramal ibadah sudah sesuai dengan ilmu Syar’iy yang telah didapatkan dan dipelajarinya.

Didalam sebuah Atsar yang Shahih dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu β€˜Anhu ketika mensifati manusia itu:

1. Orang yang berilmu dan mendidik manusia sesuai dengan ilmu yang benar
2. Orang yang menuntut ilmu yang selalu mengikuti jalur yang menyelamatkan dia dari kebinasaan, inilah penuntut ilmu.

Makanya ilmu Sar’iy tersebut apabila kita tuntut dengan niat yang ikhlas semata karena Allah Azza wa Jalla maka akan membawa kita kepada surga, ilmu akan membimbing kita dalam perjalanan kita untuk meluruskan niat yang tadinya salah, untuk membenarkan amal-amal yang tadinya masih jauh dari keikhlasan, jauh dari kekhusyu’an. Karena semakin kita belajar ilmu kita akan perbaiki iman, kita akan semakin membaca dan merenungkan kandungan Al-Qur’an, hadits-hadits Shahih Nabi, bukankah ini merupakan sebaik-baik obat bagi penyakit hati manusia? Maka inilah gunanya menuntut ilmu agama yang Syar’iy.

Inilah goresan pena dari ana yang menjadi sebuah tulisan yang indah didalam perjalanan ana menutut ilmu Syar’iy, dengan merujuk kepada kajian ilmiah dan tulisan asatidzah yang diakui keilmuannya dikalangan Tholibul ‘Ilmi, InsyaaAllah akan membawa manfaat bagi ana pribadi dan bagi para pembaca secara umum dan bisa memotivasi supaya tetap semangat dalam menuntut ilmu Syar’iy untuk bekal ke akherat kelak. Sebagai manusia yang tidak memiliki sifat sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Azza wa Jalla maka dari itu lebih dan kurangnya dalam tulisan artikel ilmiah ini ana mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wallahu’alam,
Ditulis di Bekasi City akhir bulan Dzulhijjah 1443 H (19 Juli 2022).
Oleh: Ummi Laina Mokodongan

   


Referensi :

Check Also

DO’A (KETETAPAN HATI DAN KETAATAN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *