“Dengan Do’a Yang Maqbul, Pandemi Segera Berakhir”
Bismillah,
I. Musibah Sebagai Penguji Keimanan Bagi Umat Islam
Umat Islam yang sedang diuji keimanan oleh Allah Azza wa Jalla dengan wabah Thaa’un yang begitu panjang ini, sebagai ujian dan peringatan dari-Nya khusus umat Islam dan sebagai adzab bagi kaum kafir. Peristiwa ini banyak membuat kita belajar dari kekhilafan-kekhilafan yang kita perbuat baik disengaja maupun tidak disengaja.
Sebaiknya kita bercermin dari sisi kehidupan dunia yang banyak membuat manusia lalai dari perintah-Nya. Melanggar hukum-hukum Allah Ta’ala dan lebih banyak taat dan patuh pada hukum dunia yaitu hukum buatan manusia daripada Syari’at (Hukum-hukum) Allah. Kita sebagai umat Islam yang tersebar dimuka bumi ini diberikan oleh Allah Azza wa Jalla petunjuk hidup yang dituangkan dalam sebuah Kitab Suci Al-Qur’an dan As-Sunnah, dijadikan sebagai pedoman hidup manusia, dimana didalamnya terdapat sebuah perintah dan larangan untuk dijalani khususnya oleh kaum mukmin dan muslim dan umumnya untuk seluruh umat manusia.
II. Al-Qur’an sebagai Hudal Lil Muttaqiin dan Hudal Lin Naas
Al-Qur’an turun ke dunia ini sebagai Hudal Linnaas (Petunjuk bagi manusia) dalam Qur’an Surat Al-Baqarah: I85 ini bersifat umum untuk seluruh umat manusia, sedangkan Hudal Lilmuttaqiin (Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa) terdapat pada Qur’an Surat Al-Baqarah: 2, ini lebih khusus bagi mereka yang bertaqwa saja, sebagaimana yang dikutip didalam tafsir as-Sa’di buah karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan bahwa;
“Orang-orang bertaqwa ialah orang-orang yang melakukan sebab yang terbesar demi memperoleh petunjuk yaitu ketakwaan, yang mana hakikatnya adalah menjalankan perkara yang dapat melindungi dari kemurkaan Allah dan adzab-Nya dengan cara mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, lalu mereka mengambil petunjuk dengan itu dan mengambil manfaat darinya dengan sebenar-benarnya.” [ I ]
Tujuan dari penjelasan ayat-ayat tersebut diatas agar manusia tidak tersesat jalannya, namun kebanyakan manusia tidak bisa menerima kebenaran Al-Qur’an bahkan mencampakannya, tidak ada keinginan untuk benar-benar mempelajari isinya, mayoritas manusia lebih senang dengan kesibukan dunia daripada kesibukan menuntut ilmu-ilmu agama, ilmu sar’iy dianggap remeh, padahal itu semua adalah bekal untuk kehidupan akherat kelak, toh…kehidupan dunia itu tidak ada yang abadi, hanya bersifat sementara, dan yang abadi dialam akherat.
III. Pandemik ( Wabah Thaa’un)
Terkait dengan pandemi saat ini, dimana hal ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada umat belakangan ini, ketika dulu didalam sejarah Islam pernah terjadi peristiwa wabah penyakit menular (thaa’un) pada suatu wilayah dimana wilayah tersebut melakukan larangan keluar masuk yang saat ini dikenal dengan istilah lockdown. Wilayah atau suatu negeri terkena wabah penyakit menular maka orang-orang tidak bisa keluar dari wilayah atau negerinya begitu juga orang-orang dilarang masuk ke wilayah tersebut untuk mencegah penularan. Penyakit menular ketika itu nampak pada penglihatan manusia, berwujud penyakitnya dan bukan sebuah virus seperti sekarang.
Pada saat ini muncul sebuah wabah penyakit menular yang tidak nampak dan tidak berwujud berupa virus yang dikenal dalam ilmu kedokteran dengan nama Covid 19 atau Corona yang serumpun dengan virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) meskipun berbeda secara genetik. Seluruh dunia goncang dengan merebaknya virus jenis Corona ini. Sudah satu tahun lebih pandemik ini berlangsung, sampai-sampai Tenaga Kesehatan seperti dokter dan perawat kewalahan menghadapi banyaknya pasien virus Covid 19 ini. Termasuk menangani yang meninggal dunia akibat terserang penyakit ini.
Dampaknya juga sampai ke ekonomi negara banyaknya perusahaan perusahaan yang bangkrut dan tutup dan pengangguran di mana-mana, hingga pemerintah turun tangan untuk meringankan penderitaan rakyatnya yang terpapar virus ini, baik dengan cara penerapan protokol kesehatan, lockdown pada wilayah-wilayah tertentu yang banyak terpapar virus maupun pencegahan dengan cara sosialisasi kepada masyarakat yang belum terpapar virus corona. Dan juga pemberian bantuan langsung berupa sembako atau uang ke setiap kepala keluarga.
IV. Do’a Yang Maqbul
Jika kita tinjau secara Syari’at Islam, mengapa terjadi pandemik yang begitu panjang ini, sedangkan sesuai sejarah yang ketika itu terjadi pada masa Imam Ibnu Katsir wabah Thaa’un ini hanya berlangsung dalam kurun waktu 3-5 bulan, artinya dibawah 6 bulan sudah normal kembali tidak ada lagi wabah yang nampak.
Pandemik yang panjang ini tidak luput dari ulah manusia juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan musibah ini sebagai ujian untuk orang-orang beriman dan adzab bagi orang-orang kafir. Manusia di muka bumi ini sudah terlalu banyak berbuat kerusakan, kufur nikmat, banyak melanggar aturan aturan agama, berbuat kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan merajalela. Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah terkadang ditolak oleh logika untuk mencari kesenangan duniawi yang menipu. Terlalu cinta dunia (Hubbudunya) dan lupa pada kehidupan akherat yang abadi. Inilah gambaran umat manusia menjelang akhir zaman.
Olehkarena itu sebagai umat Islam kita harus yakin dengan seyakin-yakinnya kembali kepada petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah, ujian ini datang dari-Nya dan akan diangkat pula oleh-Nya wabah ini dengan diijabahnya do’a-do’a dari kaum mukminin dan kaum Sholihin.
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Ahmad, dari Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu ada sebuah Do’a agar terhindar dari marabahaya dan wabah Thaa’un (wabah penyakit menular) sebagai berikut;
بسْم اللّه الّذي لا يضرّ مع ا سْمه شيْءٌ
في الْاَرْض ولا في السّماء وهو السّميع الْعليْم
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, yang dengan namanya tidak ada satupun yang membahayakan baik di bumi maupun dilangit. Dialah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” [II]
Sebagai umat Islam kita harus yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya do’a sebagai senjata yang paling ampuh untuk memerangi virus Corona ini, minta pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata, dan jangan meminta kepada selain-Nya. Inilah bukti akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dimana kita hanya bergantung diri kepada-Nya, ketika manusia sedang di uji sebuah penyakit menular (Thaa’un) segera kembali kepada petunjuk hidup Al-Qur’an dan As-Sunnah, jangan berbuat Syirik, Bid’ah dan Maksiat, luruskan niat untuk kembali kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala berkuasa di langit dan bumi, jangan malu meminta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui setiap kejadian dimuka bumi ini, tidak ada satupun rahasia manusia yang luput dari-Nya, maka do’a itulah sebagai bentuk Hablu Minallah. Ketika manusia diuji oleh sebuah wabah virus menular, ikhtiar manusia adalah kedokter berobat, lalu minum obat dari dokter atau obat herbal, kemudian berdo’a minta kesembuhan dari Allah serta Tawwakal (berserah diri) kepada-Nya.
Wallahu’alam,
Ditulis oleh: 🌹Ummi Laina Mokodongan🌹
Bekasi City – Indonesia ( 17-Dzulhijjah-1442 H)
27-Juli-2021 Kalender Masehi
Footnote: Sumber (Maroji’)
[ I ]. Kitab Tafsir as-Sa’di, karya: Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Jilid I – hal.75. [ II ]. Buku Do’a dan Wirid, karya: Ustadz. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal:169.